My instagram

Instagram
Selamat datang, selamat menikmati hidangan yang tersaji

Senin, 21 April 2014

Tafsir Surat Luqman ayat 18 dan 19 (Tuntunan Akhlaq dan Keutamaannya)

Tafsir Surat Luqman ayat 18 dan 19 (Tuntunan Akhlaq dan Keutamaannya)

by KH. Abdul Hasib Hasan, Lc.
Surat Luqman dari ayat 13 sampai ayat 19 membahas tentang nasihat-nasihat Luqman kepada anak-anaknya yang bisa diklasipikasikan menjadi lima nasihat. Nasihat-nasihat ini sangat penting untuk kita cermati dan kita laksanakan. Di ayat 18 dan 19 ini khusus membahas tentang akhlaq, bagaimana bersikap dalam berkomunikasi, kesombongan, bagaimana berjalan dan berbicara yang baik.
Sebelum membahas ayat ini, Ibnu Katsir meyebutkan beberapa Hadits Rasulullah tentang akhlaq yang mulia diantaranya. Dari Annas r.a. Berkata, “Bahwa Rasulullah saw, manusia yang paling baik akhlaqnya”. Dalam hadits lain disebutkan, “Tugas Rasulullah adalah untuk menyempurnakan akhlaq yg mulia,” Dalam rangka efektipitas tugas itu, beliau meberikan keteladanan terlebih dahulu, begitu juga yang seharusnya kita lakukan pada anak kita. Dari Abdullah bin Umar, “Rasulullah ditanya tentang orang mukmin yang paling utama itu yang bagaimana kemudian Rasul menjawab yang paling baik akhlaqnya”.
Akhlaq yang mulia itu bisa mengangkat manusia itu menjadi mulia sekalipun dalam ibadahnya tidak banyak. Dari Annas dalam hadits marfu’ Rasulullah Saw, Bersabda, “Seorang hamba dengan akhlaqnya yang mulia dia bisa mencapai derajat yang tinggi diakhirat sekalipun ibdahnya lemah, dan manusia itu dengan akhlaqnya yang buruk dia bisa tersungkur ke neraka paling rendah sekalipun dia ahli ibadah”. Dalam hadits riwayat Aisyah Rasulullah Saw, bersabda, “Seorang hamba dengan akhlaqnya yang mulia ia bisa mencapi derajat orang yang Qiyamullail terus menerus atau orang yang puasa terus menerus,”
Rasulullah ditanya apa yang paling banyak memasukan orang kedalam surga, Rasulullah menjawab,“Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq yg baik,” dan apa yang banyak memasukan orang kepada neraka, beliau menjawab “mulut dan kemaluannya.” Satu kali Rasulullah ditanya oleh seorang badui, “Apa yang paling baik yang dianugrahkan kepada manusia,” Rasul menjawab “akhlaq yg baik.” Dari Abu Darda, Rasul bersabda “Tidak ada yang paling berat timbangannya dimata Allah melainkan akhlaq yg mulia,” selanjutnya dari Abdullah bin Amr, “Manusia yg paling baik diantara kamu melainkan yang baik akhaqnya,”
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(Luqman:18)
Etika Berkomunikasi
Kata ibnu katsir ketika menjelaskan ayat ini, jika anda berbicara kepada seseorang atau orang berbicara kepada anda. Jadi kalau dalam berkomunikasi kita berbicara jangan saling membuang muka, atau kita mendengar sambil mengalihkan pandangan kita, itu namanya tusha’ir, Hakikatnya ungkapan ini adalah bentuk penghinan dan merasa dirinya lebih besar, ini bentuk ketakaburan. Seharusnya kita berkomunikasi seperti yang diajarkan Rasulullah, ketika berbicara menghadapkan seluruh tubuhnya, ketika kita berkomunikasi dengan etis maka respon orang pun akan lebih positif. Selain itu yang diajarkan Rasul dalam berkomunikasi adalah dengan muka yang ceria, dengan senyuman, dengan tidak memotong pembicaraan orang lain, dengan mendengarkan sepenuhnya.
Ada sebuah hadits Rasulullah yang dikutipkan Ibnu Katsir, dimana kepada kita dianjurkan untuk bersodaqoh “Walaupun hanya denegan menjumpai saudaramu sementara wajahmu itu ceria, dan janganlah memakai pakian yang terseret (isbalul ijar) karena itu bentuk ketakburan dan Allah tidak menyukai kesombongan itu,” disebutkan pula, kata Ali bin Abi Talhah, “Janganlah kamu bersifat takabur merendakan orang lain dan berpaling tidak mau berhadapan ketika mereka berbicara kepadamu” sebetulnya orang menampakan ketakaburan itu tujuannya agar dirinya dihormati tapi dengan sikapnya seperti itu justru orang menjadi tidak simpati, kalau ingin dihormati kita harus memuliakan orang lain. Ada sebuah pesan yang cukup bagus dari Khalili bin Ahmad ketika dia berdo’a “Ya Allah jadikanlah aku disisimu termasuk orang yang paling tinggi derajatnya, dan jadikanlah aku dalam diriku orang yang paling rendah dan ditengah-tengah manusia menjadi orang yang biasa-biasa saja” siapapun akan simpatik pada kita kalau seperti ini.
Ada cerita seorang pengusaha yang berjiarah ke seorang kiyai, ketika dia datang mendapat sambutan yang istimewa padahal pertama kali dan kiyai itu belum mengenalnya tapi dia dilayani seperti seorang tamu, bahkan air minumnya langsung diberikan oleh kiyai itu, sampai dia berkata “saya tidak pernah mendapatkan perlakuan istimewa dari orang yang terpandang selain dari kiai ini,” dampaknya sungguh luar biasa semua sodaqohnya diberikan kepada kiai itu saja, bagaimana kita lihat dampak dari akhlaq yang mulia. Semakin kita tawadhu derajat kita akan semakin tinggi.
Larangan Berlaku Sombong
Kalu tadi dibicarakan etika dalam berkomunikasi, kata-kata setelahnya membahas tentang sikapnya. Keangkuh merasa besar atau kesombongan yang tidak mau tunduk dan diatur, dikatakan disini janganlah melakukan perbuatan seperti itu “Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi angkuh.” Makna berjalan disini yaitu baik dia jalan kaki, atau dia memakai kendaraan. Satukali pernah ada seorang sahabat mendatangi Rasulullah kemudian dia berkata “Ya Rasulullah aku suka memakai pakain yang bersih sekali, dan sandal yang bagus, apakah itu bentuk ketakaburan. Rasulullah menjawab “itu bukan bentuk ketakaburan, dan hakikat ketakaburan itu kamu mengabaikan yang haq dan menyepelekan orang lain”.
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Lukman:19)
Kata qosd itu secara harfiah hemat, Ibnu Katsir menjelaskan berjalanlah yang biasa saja tidak sangat lambat dan tidak sangat cepat, jalanlah yang biasa itu cara berjalan yang sopan. “dan rendahkan suaramu”, maknanya adalah janganlah berlebihan dalam berbicara dan jangan berlebihan mengangkatnya, makanya didalam Al Qur’an disebutkan “janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi.” Dan kemudian penutup ayat ini “Sesunguhnya seburuk-buruknya suara adalah suara himar”, Ibn Katsir menjelaskan, disebutkannya suara yang paling buruk adalah suara himar, ini menunjukan bahwa menngangkat suara yang paling keras itu bukan hanya tidak baik tapi juga tercela.
Inti dari ayat ini adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain kemudian bagaimana cara berjalan, bagaimana cara kita menungkapkan kata-kata kita, dan bagaimana pula kita bersikap secara umum terhadap orang lain, kalau kita perhatikan akhlaq itu dibahas dibelakang karena dakwah bil ma’ruf itu akan efektip bilamana didukung dengan akhlaq yang mulia. Nasihat Luqman disini tidak sedikitpun membicarakan materi, karena nasihat yang lima itu adalah yang penting yang merupakan risalah utama manusia. Bukan berarti materi itu tidak penting, tapi tidak menjadi sesuatu yang diutamakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar